Semua organisasi, tidak terkecuali organisasi nirlaba, selalu kritis dalam penggunaan dana. Di masa yang didominasi data hari ini, pendekatan “asal memberi” sudah tidak lagi relevan. Generasi muda yang melek data kini memegang peranan penting: membuktikan dampak program-program kebaikan melalui analisis data.
UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 62,2% pada tahun 2022 [Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia]. Namun, di tengah peran vitalnya, UMKM Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang krusial adalah implementasi analisis data secara konsisten.
Perusahaan yang berhasil memanfaatkan data untuk membuat keputusan yang cerdas akan unggul dalam persaingan. Namun, bagi UMKM di Indonesia, membangun kultur berbasis data seringkali terhalang oleh anggaran yang terbatas. Tetapi jangan khawatir, kabar baiknya adalah kultur ini bisa dibangun secara kreatif dan hemat biaya.
Tekanan untuk terus mengejar target, jam kerja yang panjang, dan budaya “hustle” bisa membuat siapa pun kewalahan. Ditambah lagi, sebagai orang muda, Anda tentu haus akan pengalaman, ingin terus berkembang, dan membuktikan diri. Namun, di lingkungan yang bergerak cepat ini, menjadi semakin penting untuk menjaga keseimbangan antara hidup dan pekerjaan (work-life balance). Di tengah hiruk pikuk ini, ada satu keahlian penting yang seringkali diremehkan: seni untuk bilang “Tidak”.
Jika Anda adalah seorang pemilik bisnis, kemampuan mengolah dan menginterpretasikan data secara efisien menjadi senjata ampuh untuk membuat keputusan bisnis yang cerdas.
Namun, sebelum Anda dapat menganalisis data, Anda perlu mempersiapkannya terlebih dahulu. Spreadsheet menjadi teman baik Anda dalam hal ini!